Sejarah Banjarmasin, Kampung Orang Melayu di Kalimantan yang Diislamkan Kerajaan Demak

Banjarmasin merupakan ibu kota Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel). Kehidupan masyarakat di daerah tersebut tidak terpisahkan dari Sungai Barito dan beserta anak-anak sungainya. Sejah dahulu Banjarmasin memegang peranan strategis dalam lalu lintas perdagangan antarpulau.

Wilayah ini memang terletak di pertemuan sungai Barito dan Sungai Martapura. Pada zaman Belanda, Kota Banjarmasin menjadi pelabuhan masuk dan keluar bagi seluruh daerah aliran Sungai Barito dan merupakan pelabuhan transito untuk kapal–kapal yang datang dari Singapura dan Jawa, ke pantai timur Kalimantan.

Kawasan Banjarmasin awalnya sebuah perkampungan bernama “Banjarmasih”, terletak di utara kota. Sebutan ini diambil dari nama salah seoarang Patih yang sangat berjasa dalam pendirian Kerajaan Banjar.

Adalah Patih Masih, yang berasal dari Desa Oloh Masih yang dalam bahasa Ngaju berarti orang Melayu atau Kampung Orang Melayu. Desa Oloh Masih inilah yang kemudian menjadi Kampung Banjarmasih.

Patih Masih bersama dengan beberapa Patih lainnya sepakat mengangkat Pangeran Samudera mejadi Raja. Pangeran Semudera ini adalah seorang Putera Kerajaan Daha yang terbuang dan mengasingkan diri di Desa Oloh Masih.

Sejak itu terbentuklah kerajaan Banjar. Pangeran Samudera kemudian menaklukkan Muara Bahan dan kerajaan kecil lainnya serta jalur-jalur sungai sebagai pusat perdagangan pada waktu itu.

Kemajuan kerajaan Banjar ini tentu saja mengusik kekuasaan Pangeran Tumenggung, raja Daha yang juga Paman dari Pangeran Samudera. Lalu terjadi penyerbuan dan peperangan yang berlarut-larut.

Perang ini membuat Pangeran Samudera terdesak, dan meminta Kerajaan Demak yang merupakan kerajaan Islam pertama dan terbesar di Nusantara. Demak bersedia membantu kerajaan Banjar, dengan syarat raja dan rakyatnya masuk Islam. Pengeran Samudera menyetujui hal tersebut.

Tentara Demak datang bersama Khatib Dayan yang kemudian mengislamkan rakyat Banjar. Sejak itu Pangeran Samudera berganti nama menjadi Sultan Suriansyah. Lalu dengan bantuan Demak, Banjar menyerbu Daha dan mengalahkan kerajaan tersebut.

Peristiwa itu terjadi pada tanggal 24 Desember 1526, sehingga tanggal tersebut dijadikan sebagai momen memperingati Hari kemenangan Pangeran Samudera, dan cikal bakal Kerajaan Islam Banjar.

Hari Jadi Kota Banjarmasih sebagai ibukota kerajaan baru yang menguasai sungai dan daratan Kalimantan Selatan. Sampai dengan tahun 1664 surat-surat dari Belanda ke Indonesia untuk kerajaan Banjarmasin masih menyebut Kerajaan Banjarmasin dalam ucapan Belanda ‘Bandzermash’.

Setelah tahun 1664 sebutan itu berubah menjadi Bandjarmassin, dan pertengahan abad-19, sejak zaman Jepang kembali disebut Bandjarmasin atau dalam ejaan baru bahas Indonesia menjadi Banjarmasin.

Sumber : Inews Kalsel